Thursday, December 08, 2005

Menjalin benang halus ekosistem

Bahasa yang digunakan dalam Buku Life – Pustaka Alam berjudul Ekologi. Saya ingat Pak Mien A.Rifa’I dari Herbarium Bogoriense, yang juga pernah menulis banyak tentang etnobotani, menjadi penerjemah bidang botani untuk buku itu. Buku yang bagus…

Dari dulu saya membayangkan kehidupan yang hidup selaras dengan alam. Manusia, kembali menjadi bagian dari ekosistem. Lahir – hidup, mecari makan, bereproduksi, lalu mati – lalu kembali terurai dalam daur besar materi di alam. Di beberapa tempat di pedalaman, kehidupan seperti itu masih ada. Tapi, hingga berapa lama ?

Pada kenyataannya, manusia berkembang.. Api, logam, bercocok tanam, roda, mesiu, hingga revolusi industri, semuanya menjadi momen-momen penting evolusi peradaban manusia. Sebagaimanapun merusaknya manusia kini – terhadap sesama, lingkungannya - , tetap tidak ada langkah mundur. Manusia masih bisa mengendalikan arah kebudayaan, dalam batas-batas tertentu.

Dan kemanakah arah yang kita inginkan ? Bagi saya, jika dulu kita berusaha terbang dan melepaskan diri dari alam, sudah waktunya kita kembali mendarat.

Erich Fromm mengatakan, manusia dapat menyadari keterpisahannya dari alam. Ia dapat merefleksikan eksistensinya, dan baginya itu adalah sesuatu yang berat – menyadari bahwa ia sendiri. Manusia sejak kecil terikat, dan memiliki kecenderungan untuk terikat – baik secara fisik ataupun psikis. Ketika ia terlepas dari ibunya, ia akan berusaha mencari tempat bergantung lainnya.

Manusia, menurut Fromm, tersiksa dengan kesendiriannya. Dari sana, ada beberapa hal yang dapat ia lakukan. Ia bisa bersubmisi terhadap alam, melepas eksistensi terpisahnya. Ia mengingkari kemampuannya untuk berpikir dan berkembang Atau ia bisa berusaha menaklukan alam, orang lain, dan apapun di sekitarnya. Ia akan begitu tergantung untuk berkuasa atas lainnya, dan terkadang hal ini dapat membawa bencana. Atau ia dapat pula lari pada ketidaksadaran – mabuk, obat-obatan, dan hal lain yang membuatnya melupakan beban berat kesendirian itu.

Terakhir, ia dapat menyadari eksistensinya sebagai sesuatu yang terpisah, menerimanya, lalu hidup dan berkembang dengannya. Ia, dengan penuh kesadaran, dapat menggabungkan diri ke dalam satu jiwa kemanusiaan...menjalinkan diri ke dalam benang-benang halus ekosistem.

Tuesday, October 18, 2005

angga si penyebar virus

kemarin saya sudah menyebarkan virus ke komputer pak undang. Awalnya,ngetik di kompie preparasi nyebelin, yang penuh sama virus brontoks tea.. Terus --tau diri dikit, dibersihin dulu virus yang ada di flashdisk -- , pindah ke kompie pak undang. Masukin flashdisk ....---catetan : kata obot, harusnya namanya bukan flashdisk,..yang mana disk kan artinya piringan. bukan juga bernama usb..jadi harusnya ..: flash-stick ?? -- ....terus ngopi filenya ke folder my document pak undang. ngetik dikit. hari itu udah sore. pak undang ada di belakang saya..suddenly.....

huatchiiiiii!!!!!!

bersin, nyemprot ke monitor kompie pak undang..keliatan butiran-butiran i***s di layar. nengok ke belakang, untung pak undang ngga liat. buru-buru di elap pake baju..jorok...
dasar, angga si penyebar virus.

------------------

ya maap atuh..tapi emang lagi musim sakit kan sekarang. saya sakit, pak undang sakit, obot (sering) sakit ..hehe..sorry cuy!

Saya dulu curiga saya kena flu burung. pasalnya, oom saya di rumah melihara burung. Dipasangnya pas di depan kamar saya. Tiap pagi tuh, berisiknya minta ampun. Ditambah jiwa cinta lingkungan, tadinya udah mau dibebasin aja si burung itu. Tapi saya mikir ulang, daripada saya juga ikut di'bebas'in dari rumah oom tercinta. Lagian, si burung juga udah ngga' akan survive kaya'nya di alam kota yang penuh polusi kaya' bandung ini..

Ternyata saya kena sakit flu manusia biasa. Bersin dan batuk yang disebar ke setiap penjuru ruangan. Ngga sopan ya, orang indonesia. Kalo di jepang katanya orang yang lagi sakit flu mesti pake masker,nutupin mulut sama hidung. Betul ga teh piw? Bukan supaya ngga ketauan orang lain siapa kita, yang nyebarin virus..

Waktu kasus flu burung lagi panas di Indonesia, saya lagi di Kalimantan (yang masih indonesia2 keneh). Sedikit banyak denger cerita tentang flu burung di tipi, sambil ngeliatin ayam punya tukang hotelnya,nongkrong di cabang pohon mangga. Dipikir-pikir, hebat juga ayam kalimantan, nongkrongnya di atas pohon..

Pulang dari kalimantan, ibu saya ribut. "Ngga boleh makan telor ceplok 1/2 mateng !!" Saya kan suka banget sama telor 1/2 mateng. Pas nonton berita di tv, ngga tau kenapa jadi ngga selera makan itu lagi.
Di biophilia juga pernah banyak dibahas tentang flu burung, sayang saya ngga ngikutin. Tapi menarik juga tentang pandemik, penularan dari manusia ke manusia. Kasus yang mengenaskan pernah terjadi puluhan -- atau ratusan -- tahun lalu di Eropa, wabah flu yang menewaskan banyak orang. Merinding jadinya ngebayangin itu terjadi disini -- Na'udzubillahi min dzalik --, meski kesehatan dan ilmu kedokteran di era sekarang lagi dalam masa jaya2nya.

Udah ngga up-to-date kalo ngebahas flu burung ? well, yang jelas, ngga ada tuh istilah ngga up-to-date buat orang-orang yang sekarang masih di rumah sakit Sulianti Saroso.

Nova bilang, saya termasuk kategori orang yang bergenit-genit menggunakan bahasa indonesia campur inggris, istilahnya remy silado. Oh yess??? No juga ah...

-------------

Lucu juga ya, di luar lagi rame wabah dari virus flu burung, di itb sekarang lagi rame wabah dari virus brontoks. Untung pas bulan puasa, jadi umpatan2 seperti a****g, m****t,b**i,t***s,a**m, o***g..(apa coba?) bisa sedikit ditahan..buat yang bisa nahan mah....
terus, tersangka penyebar brontoksnya ternyata orang itb juga loh......waaaah...

yang jelas, bukan angga. angga si penyebar virus, tapi bukan brontoks..pasti. Virusnya angga, hmmmm....lebih manusiawi!!!

Tuesday, September 13, 2005

spongepants squarebob


hohoho..
Pengamen di simpang ngebawain lagu baru : ending song spongebob squarepant. Ngga lupa pake tambahan efek suara : "mr.kraab"..Pengantar sebelum nyanyi, dia bilang.."aduh, maaf,anak muda semua di sini (diangkot - red.). Lagunya rada keras..."
Keponakan saya - yang masih 2 taun - seneng banget sama film ini. Kalo diputer
di tv, langsung tereak : " obob epen..obob epen.."
Hebat juga si hewan porifera ini merebut hati keponakanku,..dan hati saya juga. Hhhh..damn!!

-------------------

Tapi yang lebih hebat, pengamen simpang bisa sebegitu kreatif memikat hati fans-fans-nya di dalam angkot. Saya sempet terkagum-kagum waktu anak-anak pengamen itu mainin lagu nostalgia kesukaan ibu saya pake biola. "Makin bagus aja..." dalam hati.
Satu pengamen lagi yang saya hargai, di stasiun rancaekek, tiap malem. Personelnya 4 orang : satu perkusi, 2 gitar, 1 biola. Mereka biasa ngamen dari gerbong ke gerbong. Tapi kalo udah cape, ba'da maghrib, mereka nongkrong sambil nyanyi lagu-lagu oldies..biasanya lagu-lagunya KLa. Lumayan, saya pikir, sambil nunggu kereta dateng. Dan ternyata, mereka ngga nagihin duit tuh. cuman menghibur mereka sendiri - sekaligus orang lain yang ikut ngedengerin..

Beda lagi kalo pernah naik bis ekonomi cirebon - bandung. Preman bersenjatakan gitar - dan sedikit tato - , ngga berhenti minta uang dari terminal cirebon sampai perbatasan majalengka - sumedang.
Sesi pertama : main gitar sambil tangan kiri garuk-garuk (padahal tangan kiri kan memang grip gitu looh..). Cukup Rp.100......
Sesi kedua : sesudah pengamen tadi turun, pengamen berikutnya teriak-teriak, ..nada-nada konstan : Do tinggi semua...yah, Rp.100 lagi.......
Sesi ketiga : beberapa pengamen baju lekbong (kelek bolong - red), pamer tato, tanpa nada. "Wah, ngga ada lagi a.." "Udah, ngga ada 100, 1000an aja.."
Sesi keempat : ..dan saya masih ngga tau dia nyanyi apa...Udah ah, ngga mau ngasih...dan : wadduh, maksanya kelewatan. Untung ngga maen fisik. Tapi tekanan mental juga. Kaya'nya panitia OS musti belajar sama mereka deh..soalnya kocek keluar juga : Rp.500....

Udah? hohoho..waktu saya liat ke belakang, pengamen2 lagi pada ngumpul, nunggu giliran berikutnya...Ngantri mas?!?!

Sering, kita berusaha untuk mencari sepiring nasi (jangan sesuap)...uang jadi nilai ukurnya, apapun bisa jadi sumber penghasilan.
Tapi adakalanya, kita bisa berbuat untuk sesuatu yang lebih besar dari sekadar kepingan plastik bundar bergambar "Kakatua raja"...
--------------

Saya jadi inget keponakan saya...sambil teriak "obob epen.." ketawa lebar.
Mungkin itu juga jadi alasan bagi kita untuk memberi...hanya untuk menghibur, melihat tawa dan kebahagiaan di diri orang lain...

Tuesday, July 05, 2005

males ?! ngomong sama buaya !!!

Para biologist telah menyelidiki perilaku hidup buaya, dan melihat beberapa hal menarik :
  • Buaya, dengan kekuatannya yang besar untuk menaklukan mangsa yang diincarnya, ternyata sangat jarang menggunakan tenaganya itu. Buaya yang telah memakan satu ekor rusa akan kuat bertahan untuk tidak makan untuk beberapa bulan, bahkan tahun. Energi buaya pun digunakan pada saat-saat tertentu saja. Buaya hanya akan bergerak seperlunya -- untuk menangkap mangsa atau reproduksi misalnya -- dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri. Tetapi, sekali bergerak, energi yang dikeluarkannya akan luar biasa besarnya...
  • Selain itu, jika buaya sudah mendapatkan satu mangsa, maka buaya itu akan memakan seluruh mangsanya, hingga ke tulang-tulangnya...habis ! Setelah itu, hampir tidak ada sisa yang dikeluarkan oleh buaya dari makanan yang dimakan..ini juga, yang menyebabkan buaya dapat bertahan lama dengan hanya memakan satu mangsa selama berbulan-bulan.
Dua hal di atas, dalam dunia kita dikonotasikan negatif......Pemalas dan Rakus ! tapi apa kata para biologist ? Efektif dan Efisien.

so, which one is better ?


Friday, July 01, 2005

di persimpangan jalan

ditulis bulan Oktober 2004..wisuda oktober..teman-teman saya pergi...
sekarang, Juni 2005..mendekati wisuda juli...peran itu berganti,

sedih ya...
ada suatu saat dalam hidup kita,
saat, ketika satu perasaan terangkat keluar..
ada saat kita benar-benar takut,
ada saat kita benar-benar marah,
ada saat kita benar-benar gembira,
ada saat kita benar-benar sedih..
mungkin ini salah satu saat itu...
saat teman-teman kita melampaui satu tahap dalam hidupnya,
dan kita yakin kalau kita akan mengalaminya pula..
saat kita merasa inilah waktu berpisah,
bukan secara nyata..
tapi karena kita tidak lagi menempuh jalan yang sama,
saat kita harus menjalani rintangan-rintangan itu sendiri,
karena dia telah melewatinya lebih dulu..
untuk menempuh rintangan-rintangan yang lain dari kehidupan..

kehidupan adalah perjalanan,
menuju tempat perhentian masing-masing,
tidak ada yang sama.
terkadang kita berjalan bersama,
tapi kita tahu, bahwa suatu saat seseorang dari kita
harus berbelok di persimpangan kehidupan,
untuk menempuh jalannya sendiri..
atau berhenti di tempat perhentiannya...
lalu kita bertemu dengan orang lain di persimpangan lainnya..
seterusnya, hingga kita pun harus berhenti.

tapi jalan ini masih panjang,
kita akan terus berjalan
dan sekalipun ada seseorang yang menemani kita,
ia pun akan pergi..
entah, kita atau ia, pasti akan pergi
dan kita terus berjalan

saat kita bergembira,
bisa jadi merupakan saat kesedihan bagi orang lain..
tapi bagi seorang teman,
kesedihan bisa jadi saat yang membahagiakan..
karena perpisahan berarti melepas ia
untuk menempuh tahap berikutnya dari hidupnya..
percaya kalau saya, dan kamu, akan baik-baik saja,
menggapai cita-cita kita..

dan kita tidak pernah benar-benar berpisah,
karena setiap kali kita menengok ke belakang,
kita akan menemukan jejak-jejak langkah kita bersama
di persimpangan jalan kehidupan.

lalu saya, kamu, akan terus berjalan,
hingga kita berhenti.

tulisan ini pernah dimuat sebelumnya di maillist antzer,
tapi rasanya seperti baru baca lagi...
mungkin kondisinya beda sekarang.......maybe !
but it still worth-to read..

Monday, June 27, 2005

...tentang pilihan

Kami dibawa ke lapangan. Di sana panitia 'menyerahkan' kami kepada swasta. Lalu, entah karena kesalahan apa, salah seorang dari kami dikelilingi oleh swasta-swasta yang kami tidak ketahui nama-namanya. Saya, yang menyaksikan itu, sedikit mengeluh, "mengapa ini harus terjadi?" ..masih berpikir apa yang sudah kami lakukan yang membuat kami harus menerima akibat seperti ini. Teman saya, dalam keadaan push-up, ditarik satu tangan dan kakinya.."Apa-apaan ini?", pikir saya. Lalu swasta-swasta itu mendatangi saya. Mereka bertanya, apa maksud saya berkata seperti itu. Saya ditampar, sekali, dua kali, tiga kali. Boleh jadi saat itu kesabaran saya habis. Saya membalasnya dengan satu pukulan. Sayang, tidak telak. Tapi, tiba-tiba semua gelap. Ketika saya sadarkan diri, saya sudah berada di satu ruangan dengan tempat tidur. Dikelilingi beberapa orang, yang cukup ramah kepada saya..Sudah bukan swasta lagi sepertinya..oh, rupanya KSR sudah merawat saya selama pingsan beberapa saat yang lalu.
Padahal acara-acara sebelumnya cukup bagus. Materi-materi yang disampaikan melalui metode diskusi sedikit banyak berkesan bagi saya. Saya hanya ingin belajar berorganisasi, di ITB. Pelajaran yang sudah pasti ngga saya dapat waktu sekolah dulu. Apalagi, di sini, himpunan menawarkan banyak sekali peluang bagi saya untuk maju.Hhhh...bahkan dari kesannya saja, ketika saya masuk himpunan....begitu membanggakannya mengenakan jaket itu.
Sekarang, waktu saya melawan, saya ngga tahu apa yang akan terjadi pada saya di jurusan. Intimidasi, diskriminasi,...saya dihadapkan pada masalah yang pelik. Mengorbankan kehidupan sosial saya, atau membiarkan fisik dan harga diri saya diinjak-injak..Beberapa teman saya yang tetap bertahan untuk menjadi anggota himpunan, kini diacungi jempol oleh masyarakat mahasiswa ITB. Berani, katanya..tapi, salahkah saya jika saya juga memberanikan diri untuk menolak perlakuan semena-mena terhadap diri saya ? ....meski itu berarti menarik kembali janji saya untuk menanggung segala konsekuensi pilihan saya masuk himpunan ini..tapi, saya tidak pernah tahu jika ternyata saya harus memilih kucing dalam karung.....mana mau saya meraih kebanggaan komunitas kalau harus mengorbankan kebanggaan diri saya..!
----------------------------

Aku ngga ngerti dengan anak-anak zaman sekarang. Begitu rendah keberanian, inisiatif, dan semangat juang mereka. Perasaan, waktu aku dulu seumuran mereka, mengalami yang mereka alami, aku bisa tetap kuat bertahan. Dan akhirnya, aku di sini bisa dapet banyak hal. Apalagi kejadian memalukan yang dilakukan para peserta kemarin. Lemah sekali mental mereka. Tidak ada kebanggaan sama sekali menerima mereka menjadi anggota himpunan. Kemarin, satu orang pura-pura pingsan. Buktinya, waktu retsletingnya dibuka oleh KSR, dia langsung bangun. Jeleknya, mereka lalu mengambil posisi mundur, bahkan berani berkonfrontasi dengan kami, bersaksi palsu tentang hal-hal jelek yang kami lakukan. Mereka sembunyi di balik rektorat, yang sejak dulu memang memperlakukan kami secara tidak adil. Memperlakukan mahasiswa tepatnya. Alasannya, kami mengintimidasi lah, mengancam lah, memaksa lah, melanggar HAM lah....padahal, sejak awal kami sudah memberikan pilihan kepada para mahasiswa baru untuk masuk himpunan atau tidak. Kami tidak pernah mendiskriminasikan mereka jika mereka memilih non-himp. Tetapi ketika mereka memilih satu opsi, sudah sepantasnya mereka menjalankan segala konsekuensinya. Salahkah kami jika kami mengajarkan kepada mereka tanggung jawab ? Bahkan dalam kehidupan nyata, mereka akan dihadapkan pada konsekuensi yang ada di luar perkiraan mereka. Apakah mereka lalu mundur disana ? huh, pengecut sekali !
Sudah sewajarnya satu organisasi mengalir membutuhkan kader-kader yang siap membangun organisasinya kelak. Orang-orang yang berkomitmen, punya semangat juang dan kebersamaan, tidak egois, dan bertanggung jawab. Juga orang-orang yang kuat menghadapi tekanan, dan bermental baja. Itu adalah output yang kami harapkan dari para peserta setelah mengikuti OS ini. Sekarang, coba tunjukkan, dimana letak kesalahannya ! Dan kalau boleh aku bilang, ini satu kerjaan yang berat, melihat bagaimana mental anak-anak baru sekarang. Mereka yang sudah merasa nyaman dengan dunianya, dan hanya mengejar keinginan pribadinya saja : cepat lulus dengan IP tinggi, dan bersenang-senang selama menjalankannya...Hhh, mau dibawa kemana ITB jika seperti ini caranya ? Aku yakin, kamu tidak akan bilang kalau aku salah jika aku berusaha mewujudkan lulusan ITB yang siap membangun bangsa, mengangkatnya dari keterbenaman...bukan lulusan yang hanya peduli pada perutnya saja.
Tapi, apa mau dikata. Bahkan rektorat pun sudah tidak mendukung gerakan kami. Mereka juga, telah menjadi antek neo-liberalisme dan orde baru. Mereka sudah lupa dengan janji dan perjuangan mereka dulu. Yang mereka pikirkan sekarang hanyalah kebanggaan...ITB sebagai lembaga dengan pendidikan dan penelitian nomor wahid. Tapi, mau dibawa kemana semua itu jika ITB sudah hilang rasa terhadap kemanusiaan. ITB sudah menjadi tiran sekarang, yang mengekang kebebasan kami, mahasiswa, hanya sekedar untuk berekspresi dan berserikat. Mereka kira, hanya dengan pendidikan formal yang diberikan di kelas, mahasiswa dapat survive di dunia nyata nantinya. Hhh, aku tidak terlalu berharap. Jangankan untuk memperjuangkan orang lain, untuk menolong diri mereka sendiri --lulusan ITB nanti -- di tengah komunitas heterogen pun mereka akan kewalahan. Himpunan, unit, organisasi, kemahasiswaan...semua adalah pelajaran yang sangat berharga, dan kelak akan menjadi modal bagi mahasiswa yang nantinya adalah para pemimpin bangsa..Mati rasa saya jadinya melihat ini semua.

----------------------------------

Saya tahu ini. Saya juga pernah muda. Dan saya belajar, hal yang penting tentang bagaimana saya harus bersikap terhadap sesama manusia. Kejadian 10 tahun yang lalu seharusnya menjadi pelajaran berharga tentang nyawa seseorang. Para orang tua mahasiswa menyekolahkan anak-anaknya di sini bukan untuk diperlakukan semena-mena. Besar harapan orang tua itu, kelak anaknya lulus dengan membanggakan. Itu yang harusnya dilihat oleh para mahasiswa, senior, ataupun mahasiswa baru.
Saya tahu bagaimana semangat muda anak-anak baru untuk berorganisasi dan berkumpul. Meneriakkan yel-yel kebanggan dengan semangat kebersamaan. Kultur yang ada di kemahasiswaan, yang begitu inginnya kami ubah, adalah kebanggaan-kebanggaan akan kemahasiswaan itu sendiri. Kami tidak bilang bahwa kemahasiswaan itu salah. Tapi hendaknya esensi kemahasiswaan harus selalu melekat di dalam para mahasiswa itu sendiri, bukan hanya dibawa oleh arogansi. Kami mulai dari menghentikan arak-arakan saat wisuda yang hanya menggelorakan arogansi yang tidak jelas. Dimana letak ITB sebagai wadah orang-orang yang memiliki ilmu ? Kenapa kebanggaan -- jika memang mau mengangkat itu -- tidak ditunjukkan dengan karya-karya yang bermanfaat.

Pilihan ? Omong kosong. Apakah anak-anak baru memang memilih karena tahu apa yang mereka pilih. Saya pernah muda. Dan saya pernah menyadari bahwa semangat yang bergejolak itu seharusnya tidak boleh dibiarkan memilih..tidak, sebelum mereka bisa meletakkan rasio mereka di atasnya. Semangat saja, hanya akan membawa kepada kejelekan. Lihat orang-orang yang bertindak semena-mena terhadap orang lain, dengan semangat mendidik. Tapi yang ada, mereka hanya menjadi penindas. Apa mereka tidak bisa melihat kalau yang mereka lakukan sudah melampaui batas-batas kemanusiaan ? Juga orang-orang yang 'ditipu' dengan idealisme tinggi, membiarkan diri mereka diperlakukan semena-mena...apa mereka benar-benar sadar akan pilihan mereka ? Apakah mereka memang telah menyetujui bahwa mereka siap disiksa, ditindas, dijatuhkan harga diri, fisik, dan psikis mereka untuk bisa memperoleh apa yang mereka bangga-banggakan ? atau, pertanyaannya sedikit saya ubah...apakah mereka tahu bahwa mereka akan diperlakukan seperti itu..?
Ingin saya katakan agar mahasiswa meninggalkan cara usang itu. Dulu, di tengah tekanan pemerintah,..ya, mental kita harus kuat agar tidak jatuh kala berjuang. Tapi sekarang, yang dibutuhkan adalah tenaga-tenaga kreatif, yang siap membangun apa yang ditinggalkan rusak oleh orde baru. Jiwa-jiwa enterpreneur yang akan mengembangkan ekonomi bangsa dengan sendi teknologi. Metode-metode kekerasan hendaknya diganti dengan metode diskusi terbuka, pemberian materi, dan tekanan-tekanan alami, seperti report dan deadline...yah, simulasi dunia kerja lah..
----------------------------------------
Peristiwa yang dialami Himafi dan banyak himpunan lain akhir-akhir ini memberi banyak pelajaran berarti. Di sini, kita bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan membawa ke jawaban yang berbeda-beda pula.......

untuk 2004 yang merasa teraniaya,.. atau 2004 yang tetap bertahan... saya puji keberanian teman-teman untuk menanggung konsekuensi dari dua tindakan teman-teman tersebut : dikucilkan dari komunitas kemahasiswaan, atau didiskriminasi dalam dunia akademis..memilih itu mudah, tetapi menanggung pilihan tersebut....itu baru tantangannya !

untuk para penyuara kebebasan mahasiswa...tetap berjuang untuk bisa berekspresi..sebagaimanapun kesalahan yang kita lakukan, harusnya tidak ada yang bisa mengekang kita untuk belajar..kita bukan robot, kita manusia...

untuk para pemegang kekuasaan...sungguh mengesankan bagaimana usaha bapak-bapak ini mengubah kultur -- yang menurut bapak-bapak -- buruk, dengan segala kekuatan dan aturan..di sini, keinginan untuk berubah dan penegakan aturan berjaya melawan kultur yang sudah mendarah daging....mungkin kelak inipun dapat menjawab permasalahan lain di bangsa ini yang terkait dengan tradisi-tradisi..

untuk angga.................jangan kebanyakan ngelantur !!!!

jika mencintaimu adalah pertarungan

aku berharap waktu tejulur tanpa batas
seperti gerombol anak pinggir rel kereta itu
wajah-wajah bening telanjang kaki yang senantiasa asik bertegursapa
dengan kerikil
dengan deru mesin
dengan hempas angin
tahu rintang di depan tapi tak surut ke belakang
tahu jalan pulang tapi tak hendak beranjak pulang

keindahanmu adalah kemestian
sentral ma’rifat tersembunyi
keterendapan yang puisi

jika mencintaimu adalah pertarungan
maka dengan segenap ada
segenap taksempurna
tekadku satu
memenangkan perang besar itu


(indah ip)

...and it's a damn beautiful poet...

Sunday, June 19, 2005

PPLN dibekukan, nelayan protes !!

Baru-baru ini indonesia banyak sekali mengalami musibah. di penghujung tahun 2004 - awal 2005, bencana tsunami menghantam aceh dan sumatera utara. ngga lama setelahnya, nias juga ikut jadi korban. jangan dilupakan juga bencana banjir di berbagai daerah di sumatera, jawa, dan kalimantan. polio mulai menjangkiti masyarakat, dalam hal ini kasus terjadi di sukabumi. Yang terbaru, selain masuk rumah sakitnya mantan presiden soeharto, adalah busung lapar. hanya dalam waktu 5 bulan, permasalahan udah jauh melebihi isian formulir bencana yang dibuat departemen PM KM-ITB (ada ya?!)

Belum habis adrenalin kita memicu jantung untuk berdebar panik dan khawatir, sekarang kasus baru menimpa kemahasiswaan itb. sesudah kasus lama yang terjadi di HMS, kali ini Himafi, HMM, IMG, dan Nymphaea ikut juga mengalami kasus yang (agak) serupa. Yang paling parah sepertinya Himafi, sampai harus mengeluarkan pleidoi. kasus yang ada di himpunan lain juga ngga kalah parah (kalah sih sebenernya.....edan, himafi parah banget ya??). Nymphaea, pada kasus ini, sedikit beruntung. hanya ada pembekuan ppLn . (titik)

saya jadi teringat permasalahan yang juga dialami masyarakat nelayan di sepanjang pantai utara dan selatan jawa. Umumnya, kemiskinan nelayan yang terjadi di sana disebabkan oleh beberapa hal, which are :
  • biaya investasi (perahu) dan BBM yang mahal; kadang malah ngga sebanding dengan hasil yang diperoleh
  • pengambilan ikan sangat tergantung musim; akibatnya, pada musim-musim 'paceklik', para nelayan tentunya akan merugi
  • sehubungan dengan itu, masyarakat juga menjadi sangat konsumeristik. uang hasil penjualan ikan seringnya langsung dihabiskan, tanpa mengalokasikan untuk kepentingan masa depan...
  • selain itu, yang juga sangat penting : masyarakat nelayan dalam posisi tawar yang lemah dengan bandar dan penjual ikan. ikan yang tidak segera dijual akan cepat busuk, dan karena itu, masyarakat memilih menjual ikan dengan harga murah ketimbang membuang hasil tangkapannya.
untuk point yang terakhir, para saintis (which includes biologist) perlu memikirkan solusi untuk menjaga keawetan ikan agar tetap dapat dijual dengan harga tinggi. beberapa yang sudah dilakukan di antaranya pengasinan dan pembuatan tepung ikan. tapi, itu sudah bentuk alternatif. Yang paling diharapkan, tetap adalah ikan segar.
seorang fellow ashoka dari brazil (kalo ngga salah) bercerita tentang bagaimana ia mengusahakan usaha pengawetan ikan dengan pendinginan/pembekuan. ikan yang dibekukan akan lebih tahan lama, dan dapat tetap dijual dalam bentuk segar. permasalahannya, butuh biaya dan tempat yang cukup besar untuk menyimpan ikan-ikan tsb. ini yang agaknya perlu juga dipikirkan oleh para inovator-inovator kita (baca : itebeh)...bisa ?

tapi yang mungkin juga jadi pertanyaan sekarang adalah, apa hubungannya pembekuan ppln dengan jualan ikan? well, selain sama-sama bermasalah, dan sama-sama berhubungan dengan pembekuan,...sebenernya salah satu rencana ppln sekarang adalah datang ke kampung nelayan di pameungpeuk, sedikit melihat bagaimana kondisi masyarakat disana, dan kaitannya dengan solusi yang bisa ditawarkan oleh biologi. terlalu ngawang-ngawang memang, tapi secara konsep saya boleh bilang sudah banyak kemajuan ketimbang tahun-tahun sebelumnya. sedikit menyentuh permasalahan masyarakat, dengan mengambil masalah para nelayan, boleh jadi sarana belajar yang baik..tapi hati-hati aja, nelayan bisa jadi protes jika dijadikan sebagai objek, atau ditiupi angin pengharapan yang terlalu kueenceeeng...mentang-mentang di laut..(nah, kalo gini kan judulnya ga melenceng-melenceng amat..)

terlepas dari kejadian yang menimpa beberapa anak 2004, dan akhirnya menumbuhkan ketidakpercayaan peserta ke panitia, tetap peserta mungkin akan melewatkan satu proses belajar-di-itb, yang bisa jadi bermanfaat bagi mereka. beberapa di antara mereka masih melihat acara lapangan sekarang sebagai beban yang begitu berat (meski emang berat siih..).. yang saya khawatirin bukan karena anak-anak ngga mau ikut acara itu, tapi kurangnya antusiasme anak-anak untuk belajar, di luar pendidikan formalnya yang diambil di kuliah.

tapi biar gimana juga, anak 2004 belajar (dari sisi yang lain), panitia belajar, Himafi dan himpunan lain sama belajar, para nelayan belajar, pak harto belajar.....
Keren juga, saya sama-sama belajar, buat ngejar sidang hari kamis ini ......POKO'E, hidup belajar !