Sunday, June 19, 2005

PPLN dibekukan, nelayan protes !!

Baru-baru ini indonesia banyak sekali mengalami musibah. di penghujung tahun 2004 - awal 2005, bencana tsunami menghantam aceh dan sumatera utara. ngga lama setelahnya, nias juga ikut jadi korban. jangan dilupakan juga bencana banjir di berbagai daerah di sumatera, jawa, dan kalimantan. polio mulai menjangkiti masyarakat, dalam hal ini kasus terjadi di sukabumi. Yang terbaru, selain masuk rumah sakitnya mantan presiden soeharto, adalah busung lapar. hanya dalam waktu 5 bulan, permasalahan udah jauh melebihi isian formulir bencana yang dibuat departemen PM KM-ITB (ada ya?!)

Belum habis adrenalin kita memicu jantung untuk berdebar panik dan khawatir, sekarang kasus baru menimpa kemahasiswaan itb. sesudah kasus lama yang terjadi di HMS, kali ini Himafi, HMM, IMG, dan Nymphaea ikut juga mengalami kasus yang (agak) serupa. Yang paling parah sepertinya Himafi, sampai harus mengeluarkan pleidoi. kasus yang ada di himpunan lain juga ngga kalah parah (kalah sih sebenernya.....edan, himafi parah banget ya??). Nymphaea, pada kasus ini, sedikit beruntung. hanya ada pembekuan ppLn . (titik)

saya jadi teringat permasalahan yang juga dialami masyarakat nelayan di sepanjang pantai utara dan selatan jawa. Umumnya, kemiskinan nelayan yang terjadi di sana disebabkan oleh beberapa hal, which are :
  • biaya investasi (perahu) dan BBM yang mahal; kadang malah ngga sebanding dengan hasil yang diperoleh
  • pengambilan ikan sangat tergantung musim; akibatnya, pada musim-musim 'paceklik', para nelayan tentunya akan merugi
  • sehubungan dengan itu, masyarakat juga menjadi sangat konsumeristik. uang hasil penjualan ikan seringnya langsung dihabiskan, tanpa mengalokasikan untuk kepentingan masa depan...
  • selain itu, yang juga sangat penting : masyarakat nelayan dalam posisi tawar yang lemah dengan bandar dan penjual ikan. ikan yang tidak segera dijual akan cepat busuk, dan karena itu, masyarakat memilih menjual ikan dengan harga murah ketimbang membuang hasil tangkapannya.
untuk point yang terakhir, para saintis (which includes biologist) perlu memikirkan solusi untuk menjaga keawetan ikan agar tetap dapat dijual dengan harga tinggi. beberapa yang sudah dilakukan di antaranya pengasinan dan pembuatan tepung ikan. tapi, itu sudah bentuk alternatif. Yang paling diharapkan, tetap adalah ikan segar.
seorang fellow ashoka dari brazil (kalo ngga salah) bercerita tentang bagaimana ia mengusahakan usaha pengawetan ikan dengan pendinginan/pembekuan. ikan yang dibekukan akan lebih tahan lama, dan dapat tetap dijual dalam bentuk segar. permasalahannya, butuh biaya dan tempat yang cukup besar untuk menyimpan ikan-ikan tsb. ini yang agaknya perlu juga dipikirkan oleh para inovator-inovator kita (baca : itebeh)...bisa ?

tapi yang mungkin juga jadi pertanyaan sekarang adalah, apa hubungannya pembekuan ppln dengan jualan ikan? well, selain sama-sama bermasalah, dan sama-sama berhubungan dengan pembekuan,...sebenernya salah satu rencana ppln sekarang adalah datang ke kampung nelayan di pameungpeuk, sedikit melihat bagaimana kondisi masyarakat disana, dan kaitannya dengan solusi yang bisa ditawarkan oleh biologi. terlalu ngawang-ngawang memang, tapi secara konsep saya boleh bilang sudah banyak kemajuan ketimbang tahun-tahun sebelumnya. sedikit menyentuh permasalahan masyarakat, dengan mengambil masalah para nelayan, boleh jadi sarana belajar yang baik..tapi hati-hati aja, nelayan bisa jadi protes jika dijadikan sebagai objek, atau ditiupi angin pengharapan yang terlalu kueenceeeng...mentang-mentang di laut..(nah, kalo gini kan judulnya ga melenceng-melenceng amat..)

terlepas dari kejadian yang menimpa beberapa anak 2004, dan akhirnya menumbuhkan ketidakpercayaan peserta ke panitia, tetap peserta mungkin akan melewatkan satu proses belajar-di-itb, yang bisa jadi bermanfaat bagi mereka. beberapa di antara mereka masih melihat acara lapangan sekarang sebagai beban yang begitu berat (meski emang berat siih..).. yang saya khawatirin bukan karena anak-anak ngga mau ikut acara itu, tapi kurangnya antusiasme anak-anak untuk belajar, di luar pendidikan formalnya yang diambil di kuliah.

tapi biar gimana juga, anak 2004 belajar (dari sisi yang lain), panitia belajar, Himafi dan himpunan lain sama belajar, para nelayan belajar, pak harto belajar.....
Keren juga, saya sama-sama belajar, buat ngejar sidang hari kamis ini ......POKO'E, hidup belajar !



2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

sebenernya biasa sih
junior kan suka ngerasa senior ga penting
(hehehe, anug baget ga sih)
jadi terkadang ga ngerti
makanya kakaknya musti pinter dong
bikin mereka ngerti kalo itu penting buat mereka
kalo ga bisa
berarti seniornya ga cerdas
uuppss i did it again ya ;p
(anug)

1:02 AM  
Anonymous Anonymous said...

Very nice site! » » »

9:56 PM  

Post a Comment

<< Home