Monday, June 27, 2005

...tentang pilihan

Kami dibawa ke lapangan. Di sana panitia 'menyerahkan' kami kepada swasta. Lalu, entah karena kesalahan apa, salah seorang dari kami dikelilingi oleh swasta-swasta yang kami tidak ketahui nama-namanya. Saya, yang menyaksikan itu, sedikit mengeluh, "mengapa ini harus terjadi?" ..masih berpikir apa yang sudah kami lakukan yang membuat kami harus menerima akibat seperti ini. Teman saya, dalam keadaan push-up, ditarik satu tangan dan kakinya.."Apa-apaan ini?", pikir saya. Lalu swasta-swasta itu mendatangi saya. Mereka bertanya, apa maksud saya berkata seperti itu. Saya ditampar, sekali, dua kali, tiga kali. Boleh jadi saat itu kesabaran saya habis. Saya membalasnya dengan satu pukulan. Sayang, tidak telak. Tapi, tiba-tiba semua gelap. Ketika saya sadarkan diri, saya sudah berada di satu ruangan dengan tempat tidur. Dikelilingi beberapa orang, yang cukup ramah kepada saya..Sudah bukan swasta lagi sepertinya..oh, rupanya KSR sudah merawat saya selama pingsan beberapa saat yang lalu.
Padahal acara-acara sebelumnya cukup bagus. Materi-materi yang disampaikan melalui metode diskusi sedikit banyak berkesan bagi saya. Saya hanya ingin belajar berorganisasi, di ITB. Pelajaran yang sudah pasti ngga saya dapat waktu sekolah dulu. Apalagi, di sini, himpunan menawarkan banyak sekali peluang bagi saya untuk maju.Hhhh...bahkan dari kesannya saja, ketika saya masuk himpunan....begitu membanggakannya mengenakan jaket itu.
Sekarang, waktu saya melawan, saya ngga tahu apa yang akan terjadi pada saya di jurusan. Intimidasi, diskriminasi,...saya dihadapkan pada masalah yang pelik. Mengorbankan kehidupan sosial saya, atau membiarkan fisik dan harga diri saya diinjak-injak..Beberapa teman saya yang tetap bertahan untuk menjadi anggota himpunan, kini diacungi jempol oleh masyarakat mahasiswa ITB. Berani, katanya..tapi, salahkah saya jika saya juga memberanikan diri untuk menolak perlakuan semena-mena terhadap diri saya ? ....meski itu berarti menarik kembali janji saya untuk menanggung segala konsekuensi pilihan saya masuk himpunan ini..tapi, saya tidak pernah tahu jika ternyata saya harus memilih kucing dalam karung.....mana mau saya meraih kebanggaan komunitas kalau harus mengorbankan kebanggaan diri saya..!
----------------------------

Aku ngga ngerti dengan anak-anak zaman sekarang. Begitu rendah keberanian, inisiatif, dan semangat juang mereka. Perasaan, waktu aku dulu seumuran mereka, mengalami yang mereka alami, aku bisa tetap kuat bertahan. Dan akhirnya, aku di sini bisa dapet banyak hal. Apalagi kejadian memalukan yang dilakukan para peserta kemarin. Lemah sekali mental mereka. Tidak ada kebanggaan sama sekali menerima mereka menjadi anggota himpunan. Kemarin, satu orang pura-pura pingsan. Buktinya, waktu retsletingnya dibuka oleh KSR, dia langsung bangun. Jeleknya, mereka lalu mengambil posisi mundur, bahkan berani berkonfrontasi dengan kami, bersaksi palsu tentang hal-hal jelek yang kami lakukan. Mereka sembunyi di balik rektorat, yang sejak dulu memang memperlakukan kami secara tidak adil. Memperlakukan mahasiswa tepatnya. Alasannya, kami mengintimidasi lah, mengancam lah, memaksa lah, melanggar HAM lah....padahal, sejak awal kami sudah memberikan pilihan kepada para mahasiswa baru untuk masuk himpunan atau tidak. Kami tidak pernah mendiskriminasikan mereka jika mereka memilih non-himp. Tetapi ketika mereka memilih satu opsi, sudah sepantasnya mereka menjalankan segala konsekuensinya. Salahkah kami jika kami mengajarkan kepada mereka tanggung jawab ? Bahkan dalam kehidupan nyata, mereka akan dihadapkan pada konsekuensi yang ada di luar perkiraan mereka. Apakah mereka lalu mundur disana ? huh, pengecut sekali !
Sudah sewajarnya satu organisasi mengalir membutuhkan kader-kader yang siap membangun organisasinya kelak. Orang-orang yang berkomitmen, punya semangat juang dan kebersamaan, tidak egois, dan bertanggung jawab. Juga orang-orang yang kuat menghadapi tekanan, dan bermental baja. Itu adalah output yang kami harapkan dari para peserta setelah mengikuti OS ini. Sekarang, coba tunjukkan, dimana letak kesalahannya ! Dan kalau boleh aku bilang, ini satu kerjaan yang berat, melihat bagaimana mental anak-anak baru sekarang. Mereka yang sudah merasa nyaman dengan dunianya, dan hanya mengejar keinginan pribadinya saja : cepat lulus dengan IP tinggi, dan bersenang-senang selama menjalankannya...Hhh, mau dibawa kemana ITB jika seperti ini caranya ? Aku yakin, kamu tidak akan bilang kalau aku salah jika aku berusaha mewujudkan lulusan ITB yang siap membangun bangsa, mengangkatnya dari keterbenaman...bukan lulusan yang hanya peduli pada perutnya saja.
Tapi, apa mau dikata. Bahkan rektorat pun sudah tidak mendukung gerakan kami. Mereka juga, telah menjadi antek neo-liberalisme dan orde baru. Mereka sudah lupa dengan janji dan perjuangan mereka dulu. Yang mereka pikirkan sekarang hanyalah kebanggaan...ITB sebagai lembaga dengan pendidikan dan penelitian nomor wahid. Tapi, mau dibawa kemana semua itu jika ITB sudah hilang rasa terhadap kemanusiaan. ITB sudah menjadi tiran sekarang, yang mengekang kebebasan kami, mahasiswa, hanya sekedar untuk berekspresi dan berserikat. Mereka kira, hanya dengan pendidikan formal yang diberikan di kelas, mahasiswa dapat survive di dunia nyata nantinya. Hhh, aku tidak terlalu berharap. Jangankan untuk memperjuangkan orang lain, untuk menolong diri mereka sendiri --lulusan ITB nanti -- di tengah komunitas heterogen pun mereka akan kewalahan. Himpunan, unit, organisasi, kemahasiswaan...semua adalah pelajaran yang sangat berharga, dan kelak akan menjadi modal bagi mahasiswa yang nantinya adalah para pemimpin bangsa..Mati rasa saya jadinya melihat ini semua.

----------------------------------

Saya tahu ini. Saya juga pernah muda. Dan saya belajar, hal yang penting tentang bagaimana saya harus bersikap terhadap sesama manusia. Kejadian 10 tahun yang lalu seharusnya menjadi pelajaran berharga tentang nyawa seseorang. Para orang tua mahasiswa menyekolahkan anak-anaknya di sini bukan untuk diperlakukan semena-mena. Besar harapan orang tua itu, kelak anaknya lulus dengan membanggakan. Itu yang harusnya dilihat oleh para mahasiswa, senior, ataupun mahasiswa baru.
Saya tahu bagaimana semangat muda anak-anak baru untuk berorganisasi dan berkumpul. Meneriakkan yel-yel kebanggan dengan semangat kebersamaan. Kultur yang ada di kemahasiswaan, yang begitu inginnya kami ubah, adalah kebanggaan-kebanggaan akan kemahasiswaan itu sendiri. Kami tidak bilang bahwa kemahasiswaan itu salah. Tapi hendaknya esensi kemahasiswaan harus selalu melekat di dalam para mahasiswa itu sendiri, bukan hanya dibawa oleh arogansi. Kami mulai dari menghentikan arak-arakan saat wisuda yang hanya menggelorakan arogansi yang tidak jelas. Dimana letak ITB sebagai wadah orang-orang yang memiliki ilmu ? Kenapa kebanggaan -- jika memang mau mengangkat itu -- tidak ditunjukkan dengan karya-karya yang bermanfaat.

Pilihan ? Omong kosong. Apakah anak-anak baru memang memilih karena tahu apa yang mereka pilih. Saya pernah muda. Dan saya pernah menyadari bahwa semangat yang bergejolak itu seharusnya tidak boleh dibiarkan memilih..tidak, sebelum mereka bisa meletakkan rasio mereka di atasnya. Semangat saja, hanya akan membawa kepada kejelekan. Lihat orang-orang yang bertindak semena-mena terhadap orang lain, dengan semangat mendidik. Tapi yang ada, mereka hanya menjadi penindas. Apa mereka tidak bisa melihat kalau yang mereka lakukan sudah melampaui batas-batas kemanusiaan ? Juga orang-orang yang 'ditipu' dengan idealisme tinggi, membiarkan diri mereka diperlakukan semena-mena...apa mereka benar-benar sadar akan pilihan mereka ? Apakah mereka memang telah menyetujui bahwa mereka siap disiksa, ditindas, dijatuhkan harga diri, fisik, dan psikis mereka untuk bisa memperoleh apa yang mereka bangga-banggakan ? atau, pertanyaannya sedikit saya ubah...apakah mereka tahu bahwa mereka akan diperlakukan seperti itu..?
Ingin saya katakan agar mahasiswa meninggalkan cara usang itu. Dulu, di tengah tekanan pemerintah,..ya, mental kita harus kuat agar tidak jatuh kala berjuang. Tapi sekarang, yang dibutuhkan adalah tenaga-tenaga kreatif, yang siap membangun apa yang ditinggalkan rusak oleh orde baru. Jiwa-jiwa enterpreneur yang akan mengembangkan ekonomi bangsa dengan sendi teknologi. Metode-metode kekerasan hendaknya diganti dengan metode diskusi terbuka, pemberian materi, dan tekanan-tekanan alami, seperti report dan deadline...yah, simulasi dunia kerja lah..
----------------------------------------
Peristiwa yang dialami Himafi dan banyak himpunan lain akhir-akhir ini memberi banyak pelajaran berarti. Di sini, kita bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan membawa ke jawaban yang berbeda-beda pula.......

untuk 2004 yang merasa teraniaya,.. atau 2004 yang tetap bertahan... saya puji keberanian teman-teman untuk menanggung konsekuensi dari dua tindakan teman-teman tersebut : dikucilkan dari komunitas kemahasiswaan, atau didiskriminasi dalam dunia akademis..memilih itu mudah, tetapi menanggung pilihan tersebut....itu baru tantangannya !

untuk para penyuara kebebasan mahasiswa...tetap berjuang untuk bisa berekspresi..sebagaimanapun kesalahan yang kita lakukan, harusnya tidak ada yang bisa mengekang kita untuk belajar..kita bukan robot, kita manusia...

untuk para pemegang kekuasaan...sungguh mengesankan bagaimana usaha bapak-bapak ini mengubah kultur -- yang menurut bapak-bapak -- buruk, dengan segala kekuatan dan aturan..di sini, keinginan untuk berubah dan penegakan aturan berjaya melawan kultur yang sudah mendarah daging....mungkin kelak inipun dapat menjawab permasalahan lain di bangsa ini yang terkait dengan tradisi-tradisi..

untuk angga.................jangan kebanyakan ngelantur !!!!

jika mencintaimu adalah pertarungan

aku berharap waktu tejulur tanpa batas
seperti gerombol anak pinggir rel kereta itu
wajah-wajah bening telanjang kaki yang senantiasa asik bertegursapa
dengan kerikil
dengan deru mesin
dengan hempas angin
tahu rintang di depan tapi tak surut ke belakang
tahu jalan pulang tapi tak hendak beranjak pulang

keindahanmu adalah kemestian
sentral ma’rifat tersembunyi
keterendapan yang puisi

jika mencintaimu adalah pertarungan
maka dengan segenap ada
segenap taksempurna
tekadku satu
memenangkan perang besar itu


(indah ip)

...and it's a damn beautiful poet...

Sunday, June 19, 2005

PPLN dibekukan, nelayan protes !!

Baru-baru ini indonesia banyak sekali mengalami musibah. di penghujung tahun 2004 - awal 2005, bencana tsunami menghantam aceh dan sumatera utara. ngga lama setelahnya, nias juga ikut jadi korban. jangan dilupakan juga bencana banjir di berbagai daerah di sumatera, jawa, dan kalimantan. polio mulai menjangkiti masyarakat, dalam hal ini kasus terjadi di sukabumi. Yang terbaru, selain masuk rumah sakitnya mantan presiden soeharto, adalah busung lapar. hanya dalam waktu 5 bulan, permasalahan udah jauh melebihi isian formulir bencana yang dibuat departemen PM KM-ITB (ada ya?!)

Belum habis adrenalin kita memicu jantung untuk berdebar panik dan khawatir, sekarang kasus baru menimpa kemahasiswaan itb. sesudah kasus lama yang terjadi di HMS, kali ini Himafi, HMM, IMG, dan Nymphaea ikut juga mengalami kasus yang (agak) serupa. Yang paling parah sepertinya Himafi, sampai harus mengeluarkan pleidoi. kasus yang ada di himpunan lain juga ngga kalah parah (kalah sih sebenernya.....edan, himafi parah banget ya??). Nymphaea, pada kasus ini, sedikit beruntung. hanya ada pembekuan ppLn . (titik)

saya jadi teringat permasalahan yang juga dialami masyarakat nelayan di sepanjang pantai utara dan selatan jawa. Umumnya, kemiskinan nelayan yang terjadi di sana disebabkan oleh beberapa hal, which are :
  • biaya investasi (perahu) dan BBM yang mahal; kadang malah ngga sebanding dengan hasil yang diperoleh
  • pengambilan ikan sangat tergantung musim; akibatnya, pada musim-musim 'paceklik', para nelayan tentunya akan merugi
  • sehubungan dengan itu, masyarakat juga menjadi sangat konsumeristik. uang hasil penjualan ikan seringnya langsung dihabiskan, tanpa mengalokasikan untuk kepentingan masa depan...
  • selain itu, yang juga sangat penting : masyarakat nelayan dalam posisi tawar yang lemah dengan bandar dan penjual ikan. ikan yang tidak segera dijual akan cepat busuk, dan karena itu, masyarakat memilih menjual ikan dengan harga murah ketimbang membuang hasil tangkapannya.
untuk point yang terakhir, para saintis (which includes biologist) perlu memikirkan solusi untuk menjaga keawetan ikan agar tetap dapat dijual dengan harga tinggi. beberapa yang sudah dilakukan di antaranya pengasinan dan pembuatan tepung ikan. tapi, itu sudah bentuk alternatif. Yang paling diharapkan, tetap adalah ikan segar.
seorang fellow ashoka dari brazil (kalo ngga salah) bercerita tentang bagaimana ia mengusahakan usaha pengawetan ikan dengan pendinginan/pembekuan. ikan yang dibekukan akan lebih tahan lama, dan dapat tetap dijual dalam bentuk segar. permasalahannya, butuh biaya dan tempat yang cukup besar untuk menyimpan ikan-ikan tsb. ini yang agaknya perlu juga dipikirkan oleh para inovator-inovator kita (baca : itebeh)...bisa ?

tapi yang mungkin juga jadi pertanyaan sekarang adalah, apa hubungannya pembekuan ppln dengan jualan ikan? well, selain sama-sama bermasalah, dan sama-sama berhubungan dengan pembekuan,...sebenernya salah satu rencana ppln sekarang adalah datang ke kampung nelayan di pameungpeuk, sedikit melihat bagaimana kondisi masyarakat disana, dan kaitannya dengan solusi yang bisa ditawarkan oleh biologi. terlalu ngawang-ngawang memang, tapi secara konsep saya boleh bilang sudah banyak kemajuan ketimbang tahun-tahun sebelumnya. sedikit menyentuh permasalahan masyarakat, dengan mengambil masalah para nelayan, boleh jadi sarana belajar yang baik..tapi hati-hati aja, nelayan bisa jadi protes jika dijadikan sebagai objek, atau ditiupi angin pengharapan yang terlalu kueenceeeng...mentang-mentang di laut..(nah, kalo gini kan judulnya ga melenceng-melenceng amat..)

terlepas dari kejadian yang menimpa beberapa anak 2004, dan akhirnya menumbuhkan ketidakpercayaan peserta ke panitia, tetap peserta mungkin akan melewatkan satu proses belajar-di-itb, yang bisa jadi bermanfaat bagi mereka. beberapa di antara mereka masih melihat acara lapangan sekarang sebagai beban yang begitu berat (meski emang berat siih..).. yang saya khawatirin bukan karena anak-anak ngga mau ikut acara itu, tapi kurangnya antusiasme anak-anak untuk belajar, di luar pendidikan formalnya yang diambil di kuliah.

tapi biar gimana juga, anak 2004 belajar (dari sisi yang lain), panitia belajar, Himafi dan himpunan lain sama belajar, para nelayan belajar, pak harto belajar.....
Keren juga, saya sama-sama belajar, buat ngejar sidang hari kamis ini ......POKO'E, hidup belajar !



Sunday, June 05, 2005

kenapa mancing bukan olahraga?

saya bisa mengajukan beberapa alasan bahwa mancing adalah olahraga, tapi tetap susah menemukan orang yang bisa menerima itu.

kenapa mancing bukan olahraga?
apa sih olahraga itu ?
secara bahasa, mungkin pengertian olahraga masih dapat ditarik ke "melakukan hal-hal yang bertujuan dan dilakukan untuk memberikan latihan pada raga"..tapi, buat saya, pengertian ini masih sangat luas..betul ?
fenomena yang terjadi adalah, cakupan olahraga sekarang ini menjadi sangat luas. bridge, catur, misalnya, terlepas dari pengertian awal mengenai olahraga, sudah merupakan salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Lalu kenapa mancing tidak?

kalau yang jadi permasalahan adalah, bahwa olahraga harus merupakan suatu kegiatan yang mengolah raga, lalu bagaimana dengan balap mobil, motor, dsb. ? di sana, peng'olahan' raga hanya sedikit sekali dilakukan. selebihnya adalah koordinasi otak dan beberapa bagian tubuh..betul ?

atau kita berdalih bahwa kita tidak dapat mencapai kesegaran dan kesehatan tubuh dengan memancing?

untuk ini, sebaiknya kita perhatikan hal berikut : jika kita bermain sepak bola tanpa pemanasan terlebih dahulu, apa yang terjadi ? yang terjadi adalah,bukannya menyehatkan badan, malahan merusak tubuh...betul ?
nah, demikian pula dengan mancing..kamu tidak akan merasakan kesegaran jika kamu salah dalam melakukan tahapan dalam memancing. pemanasan, misalnya, perlu dilakukan, dengan peregangan, berlari 10 keliling di lapangan lari, dan sedikit warming up dengan aerobik. setelah itu, saat badan kita sudah cukup panas, memancing baru dapat dilakukan....betul ?

dan hal yang menarik dari memancing adalah, kamu akan menemukan segala bentuk peng'olahan' raga di sana....dari mulai pemanasan yang berhubungan dengan tubuh, memancing itu sendiri yang bisa dikaitkan dengan meditasi, koordinasi antara otak dan bagian tubuh yang berperan : mata, tangan, otot bisep & trisep - kalau ikannya besar - , dan mulut yang mencak-mencak kalau umpannya udah dimakan sebelum sempet ketarik..betul ?

jadi, sebagaimana pentingkah memancing ? well, kata saya, sepenting atletik, yoga, balap motor, seni perang tsun-zu, dan demo penurunan BBM........betul ?

iya, Betul-Betul edaaaaaaaaaaaaaannnnn................ngga penting banget sich!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Thursday, June 02, 2005

tentang angsa hitam


Sedikit cerita tentang Angsa Hitam Milenium....
bukan gara-gara nama saya angga, terus dipelesetin sama temen-temen jadi 'angsa' - dan kebetulan saya 'hitam'..,jadinya saya milih angsa hitam sebagai judul blog ini...bukan, sama sekali bukan !

saya kepincut sama cerita tentang "ugly duckling"...bebek kecil lucu, yang kata saudara-saudaranya jelek. bahkan ibunya sendiri bilang dia jelek...saking dianggap jeleknya, dia (ngerasa) disisihkan di keluarganya. saudara"nya ngejek, dan sama ibunya dia di'anak-tiri'kan. bahkan dia sampai curiga kalau jangan-jangan dia emang anak tiri.
si bebek kecil itu akhirnya ngerasa rendah diri, ngejauh dari keluarganya, ngga pede ngehadapin orang-orang (eh, bebek-bebek) lain..tiap dia ngaca (bercermin -red) ke air, dia makin ngerasa kalo dia emang jelek.
waktu berjalan, dan dia pun tumbuh dewasa. dia mulai bisa ngelewatin masa-masa ngga pede'nya, just live his life as an ordinary duck. sebelum akhirnya dia sadar, "..hey, saya bukan bebek !!!! "
dia adalah angsa (meski ngga hitam), dan angsa yang anggun pula ! wajar aja keluarganya bilang dia jelek..dia ngga jelek, dia cuman berbeda. jelek hanya kata ganti untuk menyatakan bagaimana seseorang berbeda dengan orang lain..seperti juga kata cantik, pintar, kaya, miskin..apa sih ukuran dari, kaya misalnya ? 10 juta ? 100 juta ? 1 miliar ? lalu bagaimana kalo ada orang lain yang punya uang jauh lebih banyak ?
angsa (yang ngga' hitam) itu menyadari, kalo dia ngga bisa ngebohongin diri dia sendiri dengan bilang kalo dia cantik..ngga. tapi dia bisa nerima diri dia sebagaimana dirinya, dengan segala kekhasan yang dimiliki. ngga ada orang yang sama..meski lingkungan secara ngga langsung, menuntut kita menjadi sesuatu yang diidealkan - pintar, kaya,cantik - , tapi kita ngga harus selalu menuruti tuntutan-tuntutan itu untuk bisa hidup....jika itu artinya menipu diri sendiri.

jadi hubungannya dengan "angsa hitam" ini ? well, sebenernya ngga ada. cuman gara-gara nama saya angga, yang dipelesetin sama temen-temen jadi 'angsa' - dan kebetulan saya 'hitam'..........:P

tapi, tetep aja...bukankah angsa hitam itu begitu anggun ?