Menjalin benang halus ekosistem
Bahasa yang digunakan dalam Buku Life – Pustaka Alam berjudul Ekologi. Saya ingat Pak Mien A.Rifa’I dari Herbarium Bogoriense, yang juga pernah menulis banyak tentang etnobotani, menjadi penerjemah bidang botani untuk buku itu. Buku yang bagus…
Pada kenyataannya, manusia berkembang.. Api, logam, bercocok tanam, roda, mesiu, hingga revolusi industri, semuanya menjadi momen-momen penting evolusi peradaban manusia. Sebagaimanapun merusaknya manusia kini – terhadap sesama, lingkungannya - , tetap tidak ada langkah mundur. Manusia masih bisa mengendalikan arah kebudayaan, dalam batas-batas tertentu.
Dan kemanakah arah yang kita inginkan ? Bagi saya, jika dulu kita berusaha terbang dan melepaskan diri dari alam, sudah waktunya kita kembali mendarat.
Erich Fromm mengatakan, manusia dapat menyadari keterpisahannya dari alam. Ia dapat merefleksikan eksistensinya, dan baginya itu adalah sesuatu yang berat – menyadari bahwa ia sendiri. Manusia sejak kecil terikat, dan memiliki kecenderungan untuk terikat – baik secara fisik ataupun psikis. Ketika ia terlepas dari ibunya, ia akan berusaha mencari tempat bergantung lainnya.
Manusia, menurut Fromm, tersiksa dengan kesendiriannya. Dari
Terakhir, ia dapat menyadari eksistensinya sebagai sesuatu yang terpisah, menerimanya, lalu hidup dan berkembang dengannya. Ia, dengan penuh kesadaran, dapat menggabungkan diri ke dalam satu jiwa kemanusiaan...menjalinkan diri ke dalam benang-benang halus ekosistem.